24 Juni 2008

DOA DAN SIKAP POSITIF MENGHADAPI MUSIBAH SAKIT

Salah satu metoda agama dalam membentuk sikap hidup ummatnya adalah melalui doa. Di samping merupakan sarana komunikasi hamba dengan Tuhannya, doa juga menjadi media pendidikan atau pembentukan karakter. Sikap positif menghadapi sakit, misalnya dapat terbentuk jika doa-doa yang diajarkan nabi dihayati di samping dipraktekkan (dibaca).
Di antara doa yang sangat terkenal, banyak dihafal dan telah banyak dipraktekkan adalah doa berikut :
“Ya Allah, usirlah penyakitnya, Robb manusia, sembuhkanlah, Engkaulah Yang Maha Pemberi kesembuhan, tidak ada kesembuhan melainkan datang dari-Mu, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak menimbulkan bekas “
Doa ini menanamkan optimisme akan kesembuhan dari Allah swt dari suatu penyakit, bahkan pada akhir doa terkandung konsep “rehabilitasi”, yakni perbaikan kondisi dari penyakit dengan perbaikan yang optimal, dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan bekas atau gejala sisa (dalam bahasa kedokteran disebut sequele).
Untuk menghadapi penyakit yang berat, Nabi memberikan formula doa yang mempertemukan optimisme dan kepasrahan total. Doa itu dapat kita temukan dalam kitab Tibbun Nabawi-nya Syeh Ibnul Qayyim al Jauziyah. Arti doa itu adalah sebagai berikut:
“Robb kami, yang di langit maha kudus nama-Mu, titah-Mulah yang berlaku di langit dan di bumi. Sebagaimana Engkau curahkan rahmat-Mu d langit, jadikanlah rahmat-Mu di bumi. Ampuni dosa-dosa kami dan kesalahan kami, Engkaulah Robb orang-orang yang baik, turunkanlah rahmat dari sisi-Mu dan kesembuhan dari kesembuhan-Mu atas penyakit ini”
Apabila pada suatu titik tertentu, harapan kesembuhan suatu penyakit sudah sangat kecil, maka seorang muslim diminta untuk menyerahkan semua keputusan kepada Allah swt dan tidak dibenarkan untuk mengajukan permohonan untuk segera dimatikan. Dalam situasi yang sangat sulit ini, doa yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
“Ya Allah, jika sekiranya mati itu lebih baik bagiku, maka matikanlah aku, dan sekiranya hidup adalah lebih baik bagiku, maka hidupkanlah aku”.
Dengan begitu, kita dapat memahami bahwa agama mengajak kita untuk senantiasa menjaga pengharapan kita. Dalam suatu ayat, bahkan hilangnya pengharapan dikaitkan dengan hilangnya iman kepada Allah. “Janganlah kamu berputus harapan dari rahmat Allah, karena tidaklah orang akan berputus harapan, kecuali orang yang kafir”
Sikap positif terhadap penyakit yang diajarkan melalui doa-doa itu sejalan dengan pernyataan Sang Nabi tentang kewajiban berobat yang tersebar dalam berbagai hadis, yang di antaranya dapat dikutip sebagai berikut: “Berobatlah kalian wahai hamba Allah, karena sesungguhnya Allah swt tidak menurunkan penyakit, kecuali Dia juga menurunkan obatnya”.

Membaca doa di samping merupakan satu bentuk ibadah, juga meneguhkan tauhid (pengakuan Allah sebagai pemberi kesembuhan) serta menjaga kadar optimisme dan kepasrahan kepada titah Allah dalam formula yang pas.

Ada sisi lain yang tak kalah menariknya. Ketika Nabi mengajarkan sebuah doa, berarti beliau mengajarkan bagaimana kita bersikap. Meminta kebaikan dunia mengharuskan kita bersikap produktif dan meminta kebaikan akhirat menngharuskan kita bersikap sebagimana orang-orang shalih bersikap. Apabila nyeri, kita dianjurkan berdoa "bismillah 3 x, aku berlindung kepada izzah dan kudrat-Nya dari apa yang telah terjadi dan apa yang mungkin akan terjadi". Luar biasa, sebuah doa yang mengajarkan sikap kehati-hatian dan kewaspadaan dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi.









7 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah dok, kalo saya lihat dari kisah di atas. Hubungan dr.Bambang dgn putra-putri dokter seperti hubungan "simbiosis mutualisme", hubungan yg saling menguntungkan. (^_^)

Tapi idealnya interaksi antara ortu dan anak memang semestinya berjalan seperti itu. Ketika anak membutuhkan sosok tauladan, hendaknya ortu dapat menempatkan posisi sebagai figur terbaik yang layak untuk dicontoh. Begitu juga sebaliknya, ketika orang tua sesekali membuat kesalahan, hendaknya sang anak dgn "teguran-tegurannya", diharapkan bisa menjadi pengontrol orang tua dalam bersikap. Nah, dengan hubungan timbal balik seperti ini, Insya Allah untuk membentuk keluarga yg Islami dan berkualitas akan jauh lebih mudah.....
Wallahu a'lam....

-Putra Syahdu-

Anonim mengatakan...

Afwan Dok, komentar di atas maksudnya untuk artikel yg berjudul "Ketahuan atawa Keteladanan". tadi salah klik.... ^^

i'amsterdam mengatakan...

asslamualikum bapa

hoe gaat het met u?

saya arya mhswa ku 2005

see aya ja bapa on

mylovestory-ayamsterdam.blogspot.com

en

ayamsterdam.multiply.com

en

www.friendster.com/ayamsterdam

ok kijk aya ja

soal blok 18 bkn pusinng,,

asslamualaikum bapa

Anonim mengatakan...

Memang doa itu luar biasa mujarab.

enjang mengatakan...

Subhanallah,
Baru ini sy ketemu blog kaya gini,sudah pasti pa dokter dpt pahala byk.sayang anda tdk praktik dijakarta.
O iya pa, kalo ndak keberatan,sy boleh minta e-mail anda? Ato YM anda kalo ada? Saya tertarik dgn ajakan pa bambang soal diskusi ttg agama islam.
Trimakasih sebelumnya.

*Enjang pandu, di jakarta.

enjang mengatakan...

Maaf pa, kl ndak keberatan, bisa japri ke email saya? Ke enjang.pandu@gmail.com
Maturnuwun sanget.

CHICKEN KALASAN mengatakan...

Pro Akhi Enjang Pandu
Kayaknya saya pernah ngirim email ya. Entah kalo salah alamatnya.
TK Beri masukan ke tulisan saya lebih siip lagi.
Wassalam