23 Juni 2008

Kesehatan dan agama


Sebagai orang kesehatan saya bangga, bahwa masalah kesehatan merupakan alasan yang dapat membebaskan seseorang dari tugas-tugas tertentu atau mendapat dispensasi dalam pelaksanaan tugas atau kewajiban dari Tuhan. Bukan soal bebas tugasnya, tapi hal itu mengindikasikan, bahwa agama sangat memahami sisi lemah manusia. dengan bahasa lain, dapat dibilang, bahwa agama itu sesungguhnya sangat manusiawi. Puasa misalnya, boleh ditinggalkan karena alasan kesehatan, selain karena alasan ketuaan. Bahkan, puasa boleh ditinggalkan jika potensial menimbulkan masalah kesehatan, seperti pada wanita hamil atau menyusui. Agama juga memberi keringanan pada kita yang sakit untuk menerapkan tatacara bersuci dan ibadah yang berbeda dengan tatacara yang harus dilaksanakan manakala kita dalam keadaan sehat.

Penyakit-penyakit fisik atau kondisi fisik yang lemah merupakan satu jenis penyakit di antara dua macam penyakit yang disebut dala Kitab Suci. Penyakit kedua adalah penyakit hati, misalnya ketertutupan untuk menerima kebenaran (cover = tutup, kafir = tertutup), hipokrit (kemunafikan), iri dengki (dalam bahasa arab=ghilla), kikir dan asosial. Kedua macam penyakit itu perlu kita perangi. Dicegah bila belum terjadi, diobati jika sudah ada agar tidak menjadi parah dan menimbulkan masalah berikutnya.

Perhatian agama terhadap kesehatan tercermin dari banyaknya ayat-ayat Tuhan maupun perkataaan dan cara hidup nabi-Nya yang sejalan dengan prinsip promosi kesehatan, prevensi penyakit maupun pengobatan dan rehabilitasi penyakit. Dalam sejarah, Nabi digambarkan tidak pernah mengalami sakit, kecuali pada akhir hayatnya. Beliau pernah mendapat fasilitas dokter pribadi dari seorang Raja Nasrani, namun ternyata di kemudan hari dokter pribadi tersebut mengundurkan diri setelah mendampingi beliau sekian lama, karena kondisi beliau sangat sehat dan bugar.

Perhatian agama terhadap kesehatan juga tercermin dari banyaknya buku karya para ilmuwan dan ulama mengenai kesehatan. Sebut saja Thibbun Nabawi, yang merupakan karya besar Syaikh Ibnul Qoyyim Al Jauzi. Demikian pula munculnya tokoh-tokoh dokter muslim yang gemilang di jamannya seperti Ibnu Sina (Avicenna), Al Biruni dan lain-lainnya.

Perhatian agama yang besar terhadap kesehatan pulalah boleh jadi yang mengilhami Muhammadiyah untuk mendirikan rumah sakit maupun balai pengobatan dan rumah bersalin di seluruh pelosok nusantara. Demikian pula tokoh pergerakan Islam modern Hasan Al Bana menjadikan pemeriksaan kesehatan (check-up) teratur sebagai fatwa pertama di antara 20 fatwa penting kepada para penggiat dakwah.
Secara sederhana sudah ditunjukkan hubungan antara agama dan kesehatan. Sebagai kelengkapan perbincangan ini baiklah ditampilkan beberapa prinsip agama dalam kesehatan, sebagai berikut :
1. Agama menekankan pentingnya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan melalui keseimbangan aktivitas, gizi yang baik serta budaya bersih/sehat
2. Agama mengintroduksi konsep ketersediaan obat untuk setiap penyakit
3. Agama menyuruh hamba Tuhan untuk berobat jika sakit
4. Agama menganjurkan pemberlakuan sistem rujukan dalam semua hal, termasuk kesehatan
5. Agama mengajarkan doa dan bersikap positif terhadap penyakit
6. Agama memberi dasar filosofi dan etik mengenai konsep penjaminan kesehatan secara kolektif
Wallahu a'alam

Tidak ada komentar: